Slide # 1

SEJARAH PADANG TIKAR

sejarah berdirinya padang tikar Read More

Slide # 2

BUDAYA PADANG TIKAR

macam macam budaya padang tikar Read More

Slide # 3

KULINER PADANG TIKAR

macam macam kuliner padang tikar Read More

Slide # 4

KHAS PADANG TIKAR

khas padang tikar Read More

Slide # 5

WISATA PADANG TIKAR

pantai padang tikar Read More

Minggu, 15 Februari 2015

Pada hari itu, rombongan dari Lembaga Pembinaan Pelajar Islam (LP2I) yang terdiri dari 10 orang berangkat menuju ke Kecamatan Batu Ampar, Kabupaten Kubu Raya. Perjalanan yang menempuh waktu 3 jam menggunakan speed boat ternyata memberikan banyak pengalaman… Pemandangan rawa sepanjang perjalanan, ombak sungai dan laut yang bergelombang, serta cerita lucu dari teman-teman seperjuangan.
SMA Negeri 1 Padang Tikar, terletak di Desa Padang Tikar, Kecamatan Batu Ampar merupakan sekolah negeri yang mayoritas pelajarnya beragama Islam. Suatu kebahagiaan bagi kami yang dapat bersilaturahim dengan adik-adik tercinta yang terletak di daerah jauh.
Pengelolaan di SMA ini merupakan suatu program yang telah disusun oleh LP2I dalam kategori ‘Pengelolaan Dakwah Sekolah Jarak Jauh (DSJJ)’. Mengingat geografis Kabupaten Kubu Raya merupakan wilayah yang dipisahkan oleh banyak sungai, menjadikan bentuk pengelolaan dakwah sekolahnya pun harus mengalami penyesuaian.
Kegiatan pembukaan Rohis ini alhamdulillah mendapatkan dukungan langsung dari Kepala Sekolah, Bapak Gemah, dan guru agama Islam. Terbukti dengan antusiasme pihak dewan guru dalam mendukung kesuksesan kegiatan tersebut. Bahkan mereka setuju untuk mengadakan follow-up dari pembukaan Rohis ini dengan mengadakan pertemuan rutin bulanan. Dimana dalam pertemuan bulanan tersebut, akan dibentuk kelompok-kelompok belajar kecil yang terdiri dari 10 orang, dengan didampingi oleh 1 orang mentor.

Sabtu, 03 Januari 2015




"Salam anak desa padang tikar’’ 
Kami cerdas, kami pintar, dan hebat.
PADANG TIKAR - Salam anak desa padang tikar, membahana dari rumah berdinding dan berlantai kayu di Gg Cahaya Teladan, Desa Padang Tikar 1, Kecamatan Batu Ampar, Kabupaten Kubu Raya. Tepatnya di RT 01 RW 02, di situ lh saya dilahirkn.
Tepat pukul 08.00 WIB, di rumah itu, dua puluh anak duduk melingkar. Ada yang masih balita, ada yang usia sekolah dasar, dan beberapa sudah sekolah menengah pertama. Hingga pukul 12.00 WIB, anak-anak itu belajar membuat kerjinan dari kertas bekas, sesuai kesepakatan minggu sebelumnya.

kali ini saya ngomongin “desa tercinta saya padang tikar” dari perspektif pikiran dan analisa saya sendiri sebagai orang desa padang tikar tulen. Iya orang desa padang tikar. kata yang sering dibuat bahan bully-an, umpatan, atau bahkan mungkin ejekan untuk orang-orang yang udik dan kuper. tidak sepenuhnya benar dan tidak sepenuhnya salah juga, hanya masalah sudut pandang saja yang membuat kata tidak sepenuhnya jadi ada. Ada memang, orang desa padang tikar yang memang maih udik dan kuper. Tapi tidak semua orang desa padang tikar yang seperti itu. Dan saya sendiri bangga menjadi orang desa padang tikar yang dibesarkan dan didewasakan di desa pedang tikar. Karena hidup di desa padang tikar itu seru Men. Kita tidak akan dibilang udik sama orang lain ketika mainan yang kita punya cuma pelepah pisang yang bisa disulap menjadi mobil-mobilan, tanah liat yang cara mainannya mungkin terlihat cuma dilempar-lempar doang, sandal jepit bekas yang bisa dijadikan segala macam permainan epic, dan barang bekas sederhana lain yang bisa sama" kita jadikan satu permainan dan sekedar adu strategi simpel asalkan itu membuat kita senang. Yo’i, bahagia itu sederhana Men. Kita tidak butuh game PB,COC dan lain sebagai ny. karena kita emang tidak punya pada waktu itu. hahaha.. Bukan masalah ketidak-punyaan yang mau saya bahas. Game yang sesederhana tadi itulah yang mengakrabkan saya dengan teman". Dengan permainan yang melibatkan tidak sedikit orang, membuat saya secara tidak sengaja dipaksa untuk bersosialisasi dan memahami satu sama lain. Pun demikian dalam bersaudara, bertetangga, dan berteman, kita menjadi bisa memahami karakter dan kebiasaan satu sama lain. Yang begini inilah harusnya kita lakukan sebagai stakeholder kehidupan. Mau nggak mau harus menerima perbedaan dan saling menghargai. itu semua ada di kampung tercinta saya yaitu padang tikar...

‪#‎anak‬ desa padang tikar


selamat tinggal kenangan selamat datang harapan…
serpihan malam bulan separuh…
Jelang hari baru pertanda tiba…
Kembang api membuncah ke angkasa sambut tahun muda…
selamat tahun baru 2015…
Semoga lebih baik dibanding tahun sebelum ny…
#1 januari 2015

Renjong. Makanan lezat dari bentang pesisir pulau padang tikar.


Hasil gambar untuk GAMBAR PISANG SALAI PADANG TIKAR

Dari Pisang Salai Batu Ampar Hingga Ebi Padang Tikar

Oleh: Mahmuda
Pukul 8 pagi. Saya bertolak dari Dermaga Batu Ampar menuju ke Padang Tikar dengan mengendarai motor air. Akses menuju ke Padang Tikar dari Batu Ampar sangat terbatas. Hanya ada 1 motor air yang menuju ke desa itu.
Sebut saja Pak Ahmad, pemilik motor air. Tiap hari ia bertolak dari Dermaga Batu Ampar. Lama perjalanan kurang lebih 3 jam dengan menggunakan kecepatan sedang. Menurutnya, bisa saja ia melaju dengan kecepatan tinggi, namun resikonya adalah bensin boros. Untuk tarif yang dipasang Pak Ahmad, perorangnya Rp. 35 ribu.
Pak Ahmad keturunan campuran. Ayahnya orang Bugis, ibunya orang Cina. Meskipun begitu namun ia tidak mahir berbahasa Bugis. Justru ia mahir berbahasa Cina.
Sebelum berangkat, saya sempat berkomunikasi dengannya. Duduk di kursi warung kopi di pinggir sungai dekat dermaga Batu Ampar.
Di pasar, saya melihat banyak sekali orang menjual Pisang Salai. Warnanya hitam. Dibungkus dengan plastik transparan. Kata Pak Ahmad, di sini memang banyak pengrajin Pisang Salai. Yang biasa membuat Pisang Salai adalah orang Jawa di Batu Ampar. Pisang Salai ini bisa langsung dikonsumsi, namun bisa juga diolah kembali dengan digoreng.
Saya teringat dengan Selai Pisang dari negeri parahyangan, Bogor. Warnanya hampir mirip dengan Pisang Salai Batu Ampar. Hanya saja prosesnya pembuatannya berbeda. Selai Pisang Bogor diproses dengan cara pisangnya dijemur di atas terik matahari. Setelah itu baru digoreng dengan tepung. Pisang yang digunakan bisa pisang Kepuk dan pisang Tanduk.
Sedangkan Pisang Salai prosesnya disalai, atau dipanggang hingga warnanya berubah menjadi agak kehitam-hitaman. Bahan dasarnya yaitu pisang Awak. Di Batu Ampar, pisang ini tumbuh subur. Karena saking melimpahnya pisang ini, hingga diolah menjadi pisang salai agar memiliki nilai jual tinggi.
Di motor Pak Ahmad, tidak hanya kami berdua. Tak jauh dari dermaga Batu Ampar, Pak Ahmad singgah di salah satu rumah yang letaknya di pinggir sungai. Menjemput seorang penumpang perempuan. Umurnya sekitar 25-an. Setelah itu motor airnya pun melaju dengan perlahan menuju ke Padang Tikar.
Pukul setengah 12 siang motor air Pak Ahmad merapat di Pelabuhan Padang Tikar. Beberapa ojek pun silih berganti menawarkan jasanya kepada saya. Saya pun memilih seorang ojek yang umurnya kira-kira sepantaran dengan saya.
Tujuan saya langsung ke Puskesmas Padang Tikar. Sampai di Puskesmas itu, ada 2 orang yang tengah bertugas di hari Minggu (3/11) itu. Meskipun hari libur Puskesmas itu tetap buka. Pasalnya ada pasien yang sedang menjalani rawat inap. Yang berjaga saat itu adalah seorang perawat yang tengah hamil. Perutnya sudah membesar. Mungkin karena takut terjadi apa-apa, suaminya pun ikut berjaga di Puskesmas itu.
Saya pun menanyakan bidan yang saya cari. Kata perawat itu, bidannya berada di rumah dinas, letaknya di Puskesmas lama. Sang tukang ojek pun setia menemani saya ke rumah yang dimaksud. Namun saat itu saya kurang beruntung. Bu Bidan yang dicari justru pulang ke Pontianak. Alhasil saya kembali ke puskesmas itu.
Meskipun masih kekurangan data yang saya cari, namun setidaknya saya bisa menemui bidan tersebut di Pontianak keesokan harinya.
Di sela-sela perjalanan menuju ke Pelabuhan Padang Tikar. Saya dan tukang ojek itu sempat mengobrol ringan. Terutama mengenai pekerjaan orang di desa itu. Katanya, mayoritas warga Desa Padang Tikar pekerjaannya adalah nelayan, ada juga yang berkebun kelapa. Hal itu memang jelas. Beberapa kali mata saya menemukan motor air yang mengangkut kelapa kopra. Selain itu ada juga yang menjemur udang ebi di depan rumahnya.
Udang ebi di Desa Padang Tikar harganya lumayan murah. Harga perkilonya untuk kelas A, berkisar 80 ribuan. Sedangkan yang B berkisar 60 ribuan. Jika di Pontianak, harga udang ebi,  selisih antara Rp. 20-30 ribu dari harga di Desa Padang Tikar.
Sarana jalan di desa ini sudah lumayan bagus. Jalan desa sebagian sudah diaspal, sebagian lagi masih dalam perbaikan. Sebelumnya jalan di desa ini hanya jalan semen, itu pun sudah banyak yang rusak. Menurutnya perbaikan jalan ini ada sejak masa kepemimpinan Bupati Kubu Raya Muda Mahendrawan, yang tak lama lagi digantikan Rusman Ali.
Selain itu untuk menuju ke Pontianak, sudah bisa melewati jalan darat. Meskipun harus menyeberang terlebih dahulu dari Desa Padang Tikar ke Dabong dengan Motor Air. Penyeberangan itu kurang lebih 45 menit. Sampai di Dabong perjalan darat dilanjutkan menuju ke Air Putih, hingga ke penyeberangan Rasau. Dari Dabong ke Rasau kurang lebih 3 jam menggunakan motor darat.
Sedangkan jika menggunakan motor air, dari Pelabuhan Padang Tikar harus pergi ke Dermaga Batu Ampar. Setelah itu transit dengan menggunakan motor air menuju ke dermaga Rasau atau Pelabuhan Seng Hei.

Nelayan Padang Tikar Datang Pol Airud. Laporkan Praktek Suap Cukong-Pemkab

68
net
PONTIANAK, KB1- Perwakilan Nelayan Padang Tikar, Kubu Raya mendatangi Kantor Airud Polda Kalbar, Senin (17/11/2014). Mereka datang untuk menyikapi surat yang dikeluarkan oleh Dinas Kelautan Dan Perikanan Kubu Raya tentang pemulangan nelayan Andon di kawasan perairan Padang Tikar, sampai hari ini tidak diindahkan oleh nelayan Andon.
Ali Pratama, Ketua Lembaga Swadaya Masyarakat Gempar, berdasarkan aturan Perda Bupati Kubu Raya UU 35 Tahun 2007 dan Keputusan Menteri Kelautan dan Perikanan No KEP 13/MEN/2004.
Berdasarkan dokumen itu, perwakilan nelayan ini meminta Airud Polda Kalbar turun langsung ke Padang Tikar dan melakukan pengusiran paksa kapal andon.
“Sampai hari ini mereka tidak memiliki izin yang masih tetap beroperasi melakukan penangkapan ikan,” kata Ali.
Ia juga menyesalkan Bupati Kubu Raya yang menganggap hal ini sepele dan dianggap bupati tidak tegas untuk menyikapi hal ini. Padahal jelas bupati memiliki hak selaku yang mengambil kebijakan bahkan sangat disayangkan sekali apabila kapal andon datang dari Jawa akan dilakukan pembinaan dari pemerintah Kubu Raya sendiri.
“Padahal yang harus dibina pertama kali adalah nelayan tradisional setempat bukan nelayan dari luar” kata Ali.
Akibat tidak adanya penindakan tegas dari pemerintah Kubu Raya, menyebabkan terjadinya konflik horizontal antar nelayan itu sendiri. Bahkan ada rencana nelayan Padang Tikar untuk membakar kapal andon tersebut, lantaran nelayan tradisional merasa kehilangan mata pencahariannya sebagai nelayan asli setempat.
Di luar itu, perwakilan nelayan menyerahkan dokumen yang diserahkan kepada Airud Polda Kalbar. Dokumen itu nantinya akan ditembuskan juga kepada ICW pusat. Menurut nelayan, selain menjarah ikan, keberadaan nelayan andon terjadi praktek suap antara cukong nelayan kepada pemerintahan Kubu Raya. (sai/01)

PROFIL PADANG TIKAR KEC. BATU AMPAR KAB. KUBU RAYA

LETAK GEOGRAFIS
Kelurahan Padang Tikar I mempunyai luas wilayah 78,92 km2. Kelurahan Padang Tikar I secara administratif terletak di Kecamatan Batu Ampar. Daerah  Tingkat II Kabupaten Kuburaya.  Posisi koordinat kantor kelurahan terletak di  0°35'32.62" LS dan 109°15'26.03" BT dengan batas-batas wilayah:
  • Sebelah Utara :  Desa Olakolak Kubu
  • Sebelah Selatan :  Selat Padang Tikar
  • Sebelah Barat :  Desa Seruat II
  • Sebelah Timur :  Desa Kubu
KEPENDUDUKAN     
NO.
DATA
KETERANGAN
1
Jumlah Penduduk
4.256 Jiwa
2
Jumlah Penduduk Berdasarkan Jenis Kelamin
Laki-laki = 2.140 Jiwa
Perempuan = 2.116 Jiwa
3
Jumlah Kepala Keluarga (KK)
1.053 KK
4
Penduduk Usia Produktif
2.183 Jiwa
5
Jumlah Penduduk Berdasarkan mata Pencarian/Pekerjaan
-  Pertanian = 215 orang
-  Buruh Tani = 71 orang
-  Buruh Swasta = 58 orang
-  Pegawai Negeri = 385 orang
-  Pengrajin = 38 orang
-  Pedagang = 94  orang
-  Peternak = 20  orang
-  Nelayan = 399  orang
-  Montir = 6  orang
-  Tukang Kayu = 26  orang
-  Guru Swasta = -   orang
-  Honorer = 35  orang
6
Jumlah Penduduk Berdasarkan Etnis dan Agama
-  Islam = 3.892 orang
-  Kristen Protestan = 20 orang
-  Budha = 344 orang

PRASARANA DAN SARANA
Rumah sebagian besar permanen pakai batu bata dengan lantai diperkeras/keramik dengan MCK yang baik,. Kebutuhan air untuk kehidupan sehari-hari mengunakan air hujan dengan tampungan yang ada pada setiap rumah. Tipe perumahan sejajar jalan satu lapis.

Fasilitas pendidikan di desa Padang Tikar I cukup lengkap yaitu SD, SMP dan SMU dan juga PAUD.

Fasilitas untuk kesehatan di desa Padang Tikar I yaitu Polindes dan posyandu untuk layanan kesehatan balita. 

Jumlah Penduduk Berdasarkan Etnis dan Agama :
  • Islam = 3.892 orang
  • Kristen Protestan = 20 orang
  • Budha = 344 orang
  • Akses jalan utama desa Padang Tikar I sudah bagus dengan kondisi beraspal dan cor semen sehinga memperlancar mobilitas perekonomian.
  • Tambat labuh yang sangat mendukung dalam bongkar muat hasil ikan tangkap sangat berperan penting dalam memperlancar sirkulasi ekonomi.
  • Kelompok usaha pengolahan ranjungan  hasil tangkapan nelayan, menambah penghasilan ibu rumah tangga dan menambah nilai jual hasil tangkapan. 

KELURAHAN DABONG




LETAK GEOGRAFIS
Kelurahan Dabong mempunyai luas wilayah 166 km2.  Wilayah Kelurahan Dabong terletak di daerah aliran sungai Kubu.  Kelurahan Daboung secara administratif terletak di Kecamatan Kubu, Daerah  Tingkat II Kabupaten Kuburaya.  Posisi koordinat kantor kelurahan terletak di  0°35'32.62" LS dan 109°15'26.03" BT dengan batas-batas wilayah:
            Sebelah Utara :  Desa Olakolak Kubu
            Sebelah Selatan :  Selat Padang Tikar
            Sebelah Barat  :  Desa Seruat II
            Sebelah Timur :  Desa Kubu
KEPENDUDUKAN     
Jumlah penduduk sebanyak 2173 jiwa (568 KK) yang terdiri dari  laki-laki sebanyak 1142 jiwa dan perempuan sebanyak 1031 jiwa. Jumlah penduduk berdasarkan mata pecaharian di Sektor Pertanian dan Tanaman Pangan   382 orang,  Subsektor Perikanan  149 orang, Subsektor Jasa dan Perdagangan 32 orang. Jumlah penduduk berdasarkan etnis dan agama, Islam 1.953 orang, Kristen Katolik  36 orang, Konghuchu 160 orang, Kristen Protestan  17 orang
PRASARANA DAN SARANA
Rumah sebagian besar berbentuk panggung dengan papan, ada beberapa yang sudah dilengkapi MCK. Kebutuhan air untuk kehidupan sehari-hari mengunakan air hujan dengan tampungan yang ada pada setiap rumah. Tipe perumahan sejajar jalan satu lapis.

Fasilitas pendidikan yang ada yaitu SLTP dan SDN 23 Kubu Raya dengan fasilitas bangunan permanen bata dan lapangan volly dan basket,dan PAUD. 

Fasilitas kesehatan yang ada yaitu PUSTU 

Fasilitas rumah ibadah terdiri dari Masjid, Surau/Musholah, Pekong/Kelenteng/Vihara.

Sarana perdagangan dan sarana keuangan seperti bank ataupun koperasi masih belum terdapat di Desa ini. Transportasi darat dengan melalui perkebunan sawit untuk akses ke kota dengan tanah berlempung hitam apabila hujan tidak bisa dilewati. Jalan kampung sudah bagus dengan pengerasan cor semen. untuk menunjang perekonomian transportasi laut dan sungai sangat dominan dengan adanya dermaga yang melayani rute ke padang tikar.